
Ibu Negara Amerika Serikat (AS), Melania Trump, menulis surat pribadi yang diserahkan langsung oleh Presiden Donald Trump kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Alaska, Jumat (15/8/2025).
Isi surat tersebut berisi seruan perdamaian atas nama anak-anak di tengah konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina.
Surat itu dibacakan Putin di hadapan delegasi kedua negara sesaat setelah diterima dari Trump, menurut laporan Fox News yang dikutip pada Sabtu (16/8/2025).
Kantor Ibu Negara turut mengunggah ulang laporan tersebut melalui akun resmi di platform X, sehari setelah KTT berakhir tanpa hasil kesepakatan konkret antara kedua pemimpin.
“Di dunia saat ini, beberapa anak terpaksa tertawa terbahak-bahak, mengabaikan kegelapan di sekitar mereka,” tulis Melania dalam surat tersebut, dikutip dari kantor berita AFP.
“Tuan Putin, Anda sendiri dapat memulihkan tawa merdu mereka. Dalam melindungi kepolosan anak-anak ini, Anda akan melakukan lebih dari sekadar mengabdi pada Rusia—Anda mengabdi untuk kemanusiaan itu sendiri,” lanjutnya.
Surat itu tidak menyebut langsung nama Ukraina, tetapi pesan yang disampaikan jelas mengarah pada lokasi konflik bersenjata yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun tersebut.
“Ide yang begitu berani melampaui segala batasan manusia, dan Anda, Tuan Putin, siap mewujudkan visi ini dengan goresan pena hari ini. Sudah waktunya,” demikian akhir dari surat tersebut.
Trump sebelumnya mengakui bahwa istrinya, yang berasal dari Slovenia, turut memengaruhi pandangannya terhadap Presiden Rusia.
“Saya pulang, saya memberi tahu Ibu Negara, ‘Saya berbicara dengan Vladimir (Putin) hari ini, percakapan kami luar biasa,’” kata Trump dalam wawancara pada Juli.
“Dan dia (Melania) bilang, ‘Oh ya? Kota lain baru saja diserang,’” lanjutnya.
Sejak memulai masa jabatan keduanya, Trump berusaha memperbaiki hubungan dengan Rusia dan berjanji mengakhiri perang Ukraina dalam waktu 24 jam.
Namun, dalam beberapa bulan pertama masa kepemimpinannya, Trump tampak lebih banyak menyalahkan Ukraina atas kebuntuan perundingan.
Lambat laun, frustrasinya mulai diarahkan kepada Putin karena serangan Rusia terus berlanjut.
Menjelang KTT di Alaska, Trump sempat mengancam akan memberikan konsekuensi berat jika Rusia menolak gencatan senjata.
Namun, usai bertemu langsung dengan Putin, sikapnya berubah.
Trump mencabut tuntutan itu dan menyatakan bahwa satu-satunya jalan menuju akhir konflik adalah dengan mencapai perjanjian damai secara langsung.
Di sisi lain, Putin terus mendorong adanya negosiasi perdamaian, strategi yang dikritik Ukraina dan negara-negara Barat sebagai cara Rusia memperpanjang perang dan memperkuat posisi militernya di lapangan.
erangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!